Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Formula Bunyi Dalam Sastra Lisan (Asonansi dan Aliterasi)

Larik pertama, langdong hondoron gumba, terjadi pengulangan bunyi vokal /o/ dan bunyi vokal /a/. Bunyi vokal /a/ dan /o/ dipadukan dengan konsonan /l/ bersuara, /ng/ bersuara nasal dan /d/ bersuara letup pada kata /langdong/. Bunyi vokal /o/ dipadukan dengan konsonan /h/ tak bersuara, /n/ bersuara nasal, /d/ bersuara letup dan /r/ bersuara getar pada kata /hondoron/. Bunyi vokal /u/ dan /a/ dipadukan dengan konsonan /g/ bersuara berat, /m/ bersuara nasal dan /b/ bersuara berat pada kata /gumba/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar, sedangkan pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi bersuara berat. Vokal /o/ pada pada kata pertama dan kedua menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah mengalami hentakan karena pengaruh konsonan bunyi letup /d/.

Larik kedua, timbahou sihondoron, terjadi pengulangan bunyi vokal /o/ dan vokal /i/. Bunyi vokal /i/, /a/, /o/ dan /u/ dipadukan dengan konsonan /t/ tak bersuara, /b/ bersuara berat dan /h/ tak bersuara pada kata /timbahou/. Bunyi vokal /i/ dan /o/ dipadukan dengan konsonan /s/ tak bersuara, /h/ tak bersuara, /n/bersuara nasal, /d/ bersuara letup dan /r/ bersuara getar pada kata /sihondoron/. Paduan bunyi vokal /i/ pada kata kata pertama dan kedua menyebabkan bunyi asonansi ringan dan berjalan lancar. Paduan bunyi vokal /a/ pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar. Pauan bunyi vokal /o/ pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar, sedangkan pada kata kedua seolah-olah mengalami hentakan. Paduan bunyi vokal /u/ pada kata pertama dan kedua menyebabkan bunyi asonansi lancar.

Larik ketiga, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan vokal /o/. Vokal /a/ dan /o/ berkombinasi dengan konsonan /l/ bersuara, /ng/bersuara nasal dan /d/ bersuara letup pada kata /langdong/. Vokal /o/ berkombinasi dengan konsonan /t/ tak bersuara, /ng/bersuara nasal, /g/ bersuara berat, /r/ bersuara getar dan /n/, bersuara nasal pada kata /tonggoron/. Vokal /u/ dan vokal /a/ berkombinasi dengan konsonan /r/ bersuara getar dan /p/ tak bersuara pada kata /rupa/. Vokal /a/ pada kata pertama dan ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar. Vokal /o/ pada kata pertama dan kedua menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah ada hentakan. Sedangkan vokal /u/ pada kata ketiga menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar, karena pengaruh konsonan /r/ bersuara getar.

Pada larik keempat, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan bunyi vokal /o/. Vokal /a/ dan /o/ berkombinasi dengan konsonan /p/ tak tersuara, /l/ bersuara dan /h/ tak bersuara pada kata /parlaho/. Vokal /i/ dan vokal /o/ berkombinasi dengan berkombinasi dengan konsonan /s/ tak bersuara, /t/ tak bersuara, /ng/ bersuara nasal, /g/ bersuara berat, /r/ bersuara getar dan /n/ bersuara nasal. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar. Paduan bunyi vokal /o/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama dan kedua menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar. Paduan bunyi vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar.

Untuk lebih jelas mengenai analisis bunyi, dibawah ini dicantumkan bentuk-bentuk bunyi vokal dan bunyi konsonan teks umpasa pernikahan I.

TABEL
Bunyi Vokal dan Konsonan


Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa asonansi yang paling dominan muncul adalah /o/. Vokal /o/ tersebut terdapat pada setiap larik dan diulang sebanyak lima belas kali dalam keseluruhan larik. Formula bunyi vokal /o/ tersebut menghasilkan bunyi efek pengucapan ringan. Hal ini disebabkan bunyi vokal /o/ tidak mengalami hambatan pada alat bicara, sama seperti bunyi vokal-vokal lainnya. Selain itu, pengulangan vokal /o/ pada teks umpasa pernikahan I juga menimbulkan efek ‘pengingat’ yang sangat terasa pada setiap kata, larik dan keseluruhan larik, yang berpengaruh kepada si penutur dan si penerima tuturan. Artinya, dengan pengulangan vokal /o/ pada teks umpasa ini dapat mempermudah proses penghafalan dan proses penciptaan teks umpasa.

Aliterasi yang paling sering muncul adalah bunyi konsonan /r/ bersuara getar dan /n/ bersuara nasal. Kedua konsonan ini terdapat pada setiap larik dan diulang sebanyak empat kali pada keseluruhan larik. larik pertama sampai dengan larik keempat. Dominasi konsonan /r/ bersuara getar dan /n/ bersuara nasal berkombinasi dengan vokal /o/ pada kata /hondoron/ pada larik pertama dan kedua dan kata /tonggoron/ pada larik ketiga dan keempat. efek yang ditimbulkannya dari kombinasi ini adalah pengucapan terasa ringan. keseimbangan ini memberikan efek pengingat kepada si penutur dan si penerima tuturan, sehingga mempermudah proses penghafalan dan proses penciptaan teks umpasa.

Posting Komentar untuk "Formula Bunyi Dalam Sastra Lisan (Asonansi dan Aliterasi)"