Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Enggannya Naskah Nusantara

Indonesia salah satu negara di dunia yang paling majemuk, berbagai budaya dan etniknya, dan kemajemukan itu telah menjadi salah satu sumber kebanggaan bangsa ini. Hal ini tercantum pada lambang negara “Bhineka Tunggal Ika”, yang berarti “berbeda-beda tetapi satu jua” yang berasal dari buku atau kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular atau Empu Tantular.

Semua keberagaman budaya atau etnik ini dapat kita pelajari dari berbagai naskah-naskah nusantara yang ada, pada setiap daerah-daerah yang bersangkutan, yang sejak dari dulunya sudah memiliki tradisi tulis. Naskah Nusantara mengandung informasi yang berlimpah. Isi naskah Nusantara tidak hanya terbatas pada kesusasteraan saja, tetapi mencakup berbagai bidang seperti: agama, sejarah, hukum, adat-istiadat, obat-obatan, teknik, filsafat, dan sebagainya.

Membaca naskah-naskah Nusantara adalah membaca masa lalu atau disebut juga memahami budaya masa itu, masa dimana dan kapan sebuah naskah tersebut dibuat (ditulis). Memahami budaya pada dasarnya memahami inti dari budaya itu sendiri yang berupa nilai-nilai dan konsep-konsep dasar yang memberikan arah bagi bermacam tindakan baik yang dilakukan secara perorangan maupun kolektif.

Yang dimaksud naskah dalam konteks ini adalah semua karya lama yang ditulis tangan atau yang kita kenal sebagai manuscript, handschriften, bukan naskah cetak. Sedangkan, nusantara bisa merujuk pada wilayah yang sekarang ini disebut Asia Tenggara. Identitas kenusantaraan bisa diketahui melalui banyak hal: pengarang, penyalin, bahasa, atau aksara yang digunakan. Namun sangat di sayangkan, pada saat ini perhatian dari berbagai komponen masyarakat itu sendiri terhadap keberadaan dan kondisi naskah-naskah masih sangat kurang. Hanya ahli filolog dan pustakawan yang selama ini banyak memberikan perhatian.

Kurangnya keingintahuan masyarakat terhadap naskah-naskah Nusantara akan menjadikan masyarakat itu sendiri, tidak menganal masa lalu, sehingga berdampak terhadap perkembangan masyarakat itu sendiri. Hal ini jugalah yang menghambat pelestarian naskah-naskah nusantara, karena komponen yang terpenting dalam pelestarian naskah-naskah itu sebenarnya adalah masyarakat, karena naskah-naskah tersebut bersumber dari masyarakat itu sendiri.

Para ahli di berbagai bidang seharusnya dapat memanfaatkan data yang terpendam dalam koleksi naskah. Para sejarawan misalnya sudah lama menggunakan teks-teks naskah nusantara yang sudah diterbitkan oleh para filolog. Sementara naskah yang belum diterbitkan masih banyak, bahkan masih banyak yang disimpan oleh masyarakat setempat.

Adanya pengidentifikasian naskah dari para ahli, yang bertujuan untuk memelihara, meneliti, memamerkan, kepada masyarakat bukti-bukti nyata manusia dan lingkungannya pada masa silam sehingga masyarakat dapat mengenal kembali sejarah alam, sejarah ilmu pengetahuan, dan sejarah kebudayaan masa lalu.

Adanya kontribusi setiap suku bangsa untuk memperkuat rasa kebangsaan dan menjadikan keragaman budaya sebagai kekuatan pemersatu bangsa dan negara. Dengan memperhatikan amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka perlu meningkatkan identitas budaya melalui penggalian dan pengungkapan nilai-nilai budaya yang dapat menjadi acuan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan begitu, naskah-naskah nusantara dapat dilestarikan dan digunakan pada kehidupan sehari-hari, hingga pada anak cucu kita nantinya, karena masih sangat banyak naskah-naskah di Negri ini yang terabaikan dan kurang di perhatikan Ferdinaen Saragih.

Sastra Lainnya

Posting Komentar untuk "Hidup Enggannya Naskah Nusantara"