Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari Pengalaman Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti perempuan asli Jawa yang dilahirkan di Pangandaran pada 15 Januari 1965. anak sulung dari tiga bersaudara. Ia adalah seorang satu pengusaha sukses yang patut diapresiasi. Ia Drop out pada saat kelas 2 SMU, sehingga ijazah formal yang dimilikinya adalah hanya ijazah SMP. Berbekal Rp 750 ribu hasil menjual gelang, kalung, dan cincin miliknya, Susi mulai jadi pengepul ikan pada 1983. Waktu itu ia baru sanggup membeli 1 kg, besoknya 2 kg, lusa 5 kg. Begitu seterusnya. Dalam tempo setahun, ia berhasil memasuki pasar Cilacap.

Tak puas hanya di satu daerah, Susi mulai melirik daerah Pangandaran. Ternyata justru di wilayah selatan Jawa Barat inilah usaha ikannya makin maju pesat. Bila tadinya yang diperdagangkan hanya sebatas ikan dan udang, Susi mulai menjual komoditas yang lebih berorientasi ekspor, yaitu lobster. Dia membawa dagangannya sendiri ke Jakarta untuk restoran-restoran dan diekspor.

Karena permintaan luar negeri sangat besar, untuk menyediakan stok lobster, Susi harus berkeliling Indonesia mencari sumber-sumber persediaan lobster. Masalah pun timbul, problem justru karena stok sangat banyak, tetapi transportasi yang sangat terbatas. Untuk mengirim dengan kapal terlalu lama, tetapi pesawat di daerah pedalaman sangat jarang. Pada saat itulah timbul ide Susi untuk membeli sebuah pesawat. Hal ini juga didukung oleh suaminya Christian von Strombeck, seorang pilot pesawat carteran asal Jerman sekitar sepuluh tahun lalu.

Sebuah pesawat jenis Cessna, ternyata berhasil membantu meningkatkan produktifitas perdagangan ikannya. Dengan adanya transportasi yang mudah ini semakin meningkatkan daya jual nelayan di daerah. Semua proses dilalui dengan kesederhanaan dan pikiran yang positif. Yang awalnya hanya pengepul, kemudian meningkat menjadi pemasok tetap untuk pabrik dan restoran-restoran, kemudian meningkat lagi hingga menjadi produsen dan pengekspor hasil laut kelas kakap Indonesia dengan omset puluhan juta USD.

Makin maju usahanya, Susi lalu mulai menyewakan perahu untuk nelayan mencari ikan dan mobil untuk pengiriman. Kini ia punya ratusan perahu dan puluhan truk. Ia pun kemudian menjadi penyalur tetap hasil laut ke beberapa pabrik besar di Jakarta. Dari pengepul dan pemasok pabrik dan restoran, ia kemudian meningkatkan diri menjadi produsen dan pengekspor hasil laut. ia membuat pabrik pengolahan ikan tanpa bahan kimia dengan pendingin yang ramah lingkungan karena menggunakan amoniak, bukan freon yang merusak ozon.

Jangan tanya teori kepadanya. Ia akan menggeleng. Ia memang tak dibekali ilmu akademis. Sekolah SMA saja DO. Jadi ketika ditanya apa resep suksesnya, ia tak mampu menjawab. Menurutnya ilmu ekonomi itu alamiah. Satu lagi nilai plus dari wanita peraih penghargaan Young Entrepreuner of The Year 2005 dari Ernst & Young ini adalah betapa dia begitu mem-bumi dalam menjalankan usahanya.

“Mimpi bukan sekadar bunga tidur” Inilah kredo yang tak sengaja terlontar dari Susi Pudjiastuti (45), President Director Susi Air – Passenger and Cargo Aircraft Charter, yang sejak 2004 melayani rute-rute tak populer di berbagai pelosok terpencil Indonesia. Wanita yang dikenal sebagai Susi ‘Air’ ini menambahkan, sepotong mimpi adalah angan-angan, yang dengan doa, menjadi cita-cita yang menyihir rasa, memukau untuk dikejar dan dijangkau. Hasilnya, dari ‘memungut’ ikan di Pantai Pangandaran, kini ia memiliki 37 pesawat terbang yang harga sewanya 10.000 dollar AS per hari. Kini wanita yang tidak tamat SMA itu memiliki dua perusahaan yaitu PT ASI Pujiastuti Marine Product dan maskapai carter Susi Air dengan 22 unit pesawat dengan ribuan karyawan (Sigodang Pos: Berbagai Sumber).

Motivasi Lainnya

1 komentar untuk "Belajar dari Pengalaman Susi Pudjiastuti"

  1. wah wah wah, sungguh sosok wanita yang hebat,semoga membuat motivasi kita semua.
    terima kasih,artikel yang bagus

    BalasHapus