Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi Media Massa 1

Dimuat di Jurnal Bogor, 28 Desember 2008
Metefora

rintihan-rintihan sajak mendermaga di pangkal hatiku
mengalir memenuhi seluruh pundi-pundi kesedihan
tersimpan selama berabad-abad lamanya
hingga satu katapun tak terjawab olehnya
mungkin oleh kekasihku
ataupun pemerintahku
seluruh metapora itu sudah berjamur
berkarat lesu oleh pupusnya fakta
semua hanya dijawab kesunyian
malam, siang. semua bersamaku ikut mati

Bandung, 2008


Hanya Aku

sejagad tak akan memberiku emas
menuntunkupun tidak
sebuah tempat hampa
hanya itu
jadi tergantung padaku
mencari
hutan yang harus kutebas
tanah yang harus dibajak
ilmu nan-tinggi
aku tetap mencari emas
karena nujum tak mampu lagi
mati muda di pertualangan
bukan duka
tapi bahagia
karna nafas Tuhan yang punya
bukan teman manusia

2008


Sumpah Panyair

akan kurangkum seluruh isi jagad raya
pada butiran-butiran kata
semuanya terlukis tanpa tersisa
pada seluruh lubuk hati manusia
ini tidak pernah lupa
selalu kubawa kemana
walau menuju indahnya sorga
hingga panasnya api neraka
Ramadan, 2008


Malam Pertama

sebuah tikus
mengendap-endap
merogoh lemari makan
lalu mencicipi setiap hidangan
dari nasi
sayur
lalu ikan yang paling nikmat
namun itu semu
andai malam pertama kita
kulukiskan tentang tikus
dan lemari makan
kau tahu
lemari makan hanya diam
kau tahu pula
aku menginginkan
lebih dari lemari makan

18-11-2008


Cerita perkawinan I

kami yang menjalani hari-hari
sepanjang musim semi cinta
merasuk dalam lagu-lagu
tahun 80an
warna kemerahan itu
oval menyatu
dalam hitam
putih
kami-pun terbawa
banjir cinta
tenggelam
kepusaran lautannya

Bandung, 2008


Surat untuk Damanik

dikaulah itu
yang dulu melahirkanku
dalam butir cinta
aku hidup karna dikau ada
hidupku selalalu bercerita dimatamu
keinginanmu adalah cita-citaku
andai aku
kelak mencari pendamping hidupku
tak beda, pasti damanik sepertimu
Ilusi, 2008 Ferdinaen Saragih.

Puisi Lainnya

Posting Komentar untuk "Puisi Media Massa 1"